Copyright © My Wonderful Life
Sabtu, 14 April 2012

Dibalik Kesuksesan Wanita, Selalu Ada Sosok Pria Hebat di Baliknya



Pagi ini aku akan bercerita padamu, teman, tentang satu sosok pria.

Aku mengenangnya dalam keseutuhan pribadi yang bersahaja, cerdas, keras, namun begitu penyayang dan perhatian kepada semua orang.
Dilahirkan dalam kehidupan yang keras, dari ayah yang gemar berpoligami dan senantiasa mengagumi kecantikan wanita, menyempatkan kehidupannya terdampar pada belas kasihan beberapa ibu tiri. Si Ibu kandung pun kemudian memberikan satu ayah tiri.
Dia lalu menjadi kakak bagi banyak adik : dari ibu lain ayah dan dari ayah lain ibu.
Saat ayahnya meninggal, ada wanita-wanita yang kemudian menjadi janda. Untunglah sang ayah sangat kaya, sehingga janda-jandanya tidak menjadi janda miskin dengan banyak anak.
Dan adakah warisan yang terbagi baginya, putra pertamanya? Tidak ada. Dia hanyalah pemuda, dengan ibu yang sudah menikah lagi. Tidak ada yang menemaninya meminta dan memperjuangkan hak-haknya.

Mungkin karena masa lalu yang begitu kelam, dia tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan tangguh. Dia mencintai semua orang, tapi menjadi tidak percaya pada siapa pun yang pernah berkhianat. Belas kasihnya bahkan pada orang yang sama sekali tidak dikenalnya selalu membuatku sungguh kagum. Perlakuan adilnya membuat kegalakannya menjadi kharisma khusus. Wibawa. Ah, aku menjadi memujanya. Aku menyayanginya.

Dia menyayangi dan mencintaiku jauh sebelum aku sadar bahwa aku mencintainya. Dia bangga memilikiku dan selalu menjagaku dengan segenap kemampuannya.  Dia mengorbankan segalanya untukku saat aku belum bisa berkorban untuknya.

Saat ini, aku mengenangnya dengan keharuan memuncak.

Tidak pernah ada kata cinta darinya untukku, atau dariku untuknya. Masing-masing diri kita tahu tentang cinta itu. Dan itu dirasa cukup. Kami terlalu kolot dan malu untuk mengungkap rasa yang ada.

Maka kemudian, teman, aku yakin kamu dapat memahami kenapa kepergiannya sempat membuatku oleng. Menyesali ketidaksebandingan apa yang aku lakukan dengan apa yang telah dia lakukan. Aku mencintainya, dengan cinta yang tidak tergantikan. Aku mengagumi dia, bahkan masa lalunya yang suram sekali pun. Aku memuja cara dia memperlakukan wanita.

Salah satu perbedaan besar dia dari pria mana pun yang pernah aku kenal, dia menempatkan pendidikan wanita jauh lebih prioritas daripada pendidikan untuk pria.

"Jika aku punya satu anak wanita dan satu anak pria, dan hanya ada satu kesempatan pendidikan formal, maka akan aku berikan pada wanita. Anak priaku akan kudidik langsung pada kehidupan."

Tidak adil bagi anak prianya?

"Aku berharap, Allah memberikanku kelapangan rezeki hingga aku bisa memberikan hak-hak anak-anakku dengan sama adilnya. Hanya memang aku harus menyiapkan putriku dengan lebih teliti.  Kodrat wanita di bawah pria, sebagai makmum. Dan aku tidak akan pernah tau, pria mana yang kelak akan menjadi mantuku. Aku hanya harus mempersiapkan putriku menghadapi kemungkinan terburuk andai pria yang menikahinya tidak memegang ajaran islam secara benar. Agar dia bisa tetap berdiri di atas kakinya sendiri."

Lalu dia menatapku, membelai sayang kepalaku. Aku hanya bisa balas menatapnya dengan pandangan yang makin buram. Aku mencintainya, dan aku harap aku memberinya cinta yang tulus. Karena aku merasa anugerah Allah tak hingga, menciptakanku sebagai wanita dan menjadi putrinya.

Ya, saat ini aku beritahu padamu, teman. Pria itu adalah abah. Ayahku tersayang.

Aku berdoa, semoga aku menjadi harta abadinya. Salah satu amalan tak putus baginya.

Allahummaghfirli wali walidayya warhamhuma kama robbayani shoghiro

-dalam kesentimentilan hati merindukan Ganang dan Ibby-

0 komentar:

Posting Komentar